Pada awalnya saat saya membuat blog, tujuannya adalah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman ke dalam blog saya dengan pembaca blog saya. Namun saat saya memulai menulis, jadi bingung harus memulai dari mana, bagaimana memulainya. Ternyata menulis itu memang tidak gampang. Buktinya, tidak semua orang mampu menjadi penulis yang piawai menggunakan kata-kata sehingga terangkai dalam kalimat yang komunikatif.
Dari sini saya mulai mempelajari apa yang disebut dengan "menulis". Mencoba browsing di internet, membaca beberapa buku tentang cara menulis dan menjadi penulis. Semua itu saya lakukan beberapa hari setelah saya membuat acount di blog. Dan itu saya kebut dalam beberapa hari, supaya segera bisa menulis di dalam blog saya. Saya takut kalau tidak segera menulis, nanti blog saya berdebu dan banyak terdapat sarang laba-laba .... hehehe, maaf saya bercanda.
Ok, pengetahuan tentang menulis sudah didapat, tinggal melakukan apa yang disebut menulis. Ternyata masih saja belum bisa menulis. Ternyata masih ada hambatan yaitu perasaan yang mempengaruhi pikiran saya, perasaan itu melekat sehingga menjadi "phobia" dalam diri saya.
- Demophopbia ( a fear of people / audience ). Demophopbia adalah ketakutan akan khalayak yang membaca tulisan saya nantinya.
- Laliophobia ( a fear of speaking ). Laliophobia adalah ketakutan akan ketidak-mampuan mengungkapkan atau menulis pikiran ( hati ) saya ke dalam tulisan.
- Katagelophobia ( a fear ridicule ). Katagelophobia adalah ketakutan diejek atau dicemooh.
Namun setelah saya baca "About Me" di blog saya, dari situ saya mulai sadar bahwa tujuan utama saya adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan pengunjung di blog saya. Phobia yang saya rasakan saya anggap sebagai sesuatu yang wajar, mungkin karena saya termasuk seseorang yang memiliki personality yang perfeksionis. Padahal tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, yang terpenting adalah kesungguhan.
Ada beberapa hal yang saya dapatkan selama saya mempelajari yang namanya "menulis".
Yang pertama adalah suka membaca.
Menulis itu seperti sebuah senjata yang harus terus diisi amunisi. Amunisi dari sebuah menulis adalah membaca. Dengan membaca seseorang dapat menuangkan ide-ide dan gagasannya dalam sebuah tulisan.
Yang kedua adalah membaca alam.
Membaca tak semata-mata membaca buku, tetapi membaca alam. Fenomena alam bisa menjadi inspirasi sebagai bahan untuk ditulis. Membaca alam adalah membaca peristiwa kehidupan.
Yang ketiga adalah mulailah menulis.
Ini adalah hal terpenting dari dua hal diatas, sebab ibarat seorang pelari, ia perlu jogging setiap hari. Ada salah satu artikel di blog yang mana penulis pernah mengikuti seminar menjadi penulis. Di seminar tersebut ada tip-tip untuk menjadi penulis, yang pertama adalah membaca, yang kedua adalah gemar membaca dan yang ketiga adalah terbiasa membaca.
Disini, saya kurang setuju sebab saya adalah tergolong suka membaca dan terbiasa membaca. dalam satu bulan saya selalu membeli buku minimal ada dua buku yang saya beli dalam satu bulan, tetapi saya tidak piawai dalam merangkai kata-kata. Bahkan teman saya juga gemar membaca koran bahkan setiap hari membawa koran kemana-mana, itupun tidak menunjukkan bahwa teman saya memperlihatkan menjadi seorang penulis. malahan bukan seperti penulis yang terlihat tetapi seperti orang pengkritik, pengomel.
Jadi, mulailah menulis. Dari apa yang saya pelajari bahwa untuk mengawali melakukan kegiatan menulis adalah menulis buku harian.
Bagi saya, saya tidak terbiasa menulis buku harian dan kemana-mana membawa buku harian. Namun ada salah satu cara yang saya lakukan untuk mengasah ketrampilan saya dalam menulis yaitu menulis Jurnal Kerja atau Agenda Kerja di sebuah ponsel. Uraian dibawahnya saya tulis beberapa ide-ide yang berkejaran dan lalu lalang setiap harinya. Sekarang ini, hampir semua ponsel memiliki fitur "agenda" atau "memo". Jika anda pengguna ponsel yang OS-nya android maka anda bisa cari aplikasi buku harian, organizer, agenda, note, memo dan lain-lain di "Google Play".
Yang keempat adalah mencintai bahasa.
Yang ini bukanlah hal yang terpenting tapi sebagai pelengkap yang dari saya sendiri. Bahasa adalah alat komunikasi. Dari bahasa, bisa dilihat tingkat intelektual seseorang yaitu dari banyaknya kosakata yang dipakai.
Dalam blog saya, saya berusaha memakai bahasa atau Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ). Saya pernah membaca sebuah artikel, pada awalnya saya tertarik dengan pemakaian bahasa dan ejaan yang dipakai. Penulis artikel tersebut memakai bahasa-bahasa dan ejaan yang kata anak sekarang, "bahasa gaul".
Sotoy ........ capek dech .......... kepo ....... gue banget .... lebay .... dan lain-lain.
Bagi saya, saya menghindari bahasa gaul di blog saya. Dibilang kurang gaul tidak apa-apa, yang penting blog saya bisa dibaca oleh orang luar negeri. Begini, setiap saya membuat artikel dalam blog, sebelum saya publikasikan selalu saya masukkan dulu ke Google translate, lalu saya koreksi, "apakah bisa dibaca atau tidak oleh orang luar negeri", "apakah bisa dimengerti atau tidak oleh orang luar negeri."
Sebelum mulai menulis biasanya yang dilakukan seorang penulis adalah mencari ide. Ada banyak ide yang bisa dijadikan bahan penulisan. Usahakan dalam mencari ide penulisan memenuhi kriteria berikut :
- Significance ( penting ). Bisa dianggap penting jika tulisan itu nantinya akan berdampak besar untuk kepentingan pembaca.
- Magnitude ( besar ). Biasanya diperoleh dari data-data yang tidak terduga, dan data tersebut diperoleh dari survei-survei.
- Prominence ( tenar ). Biasanya didapat dari hal-hal yang sedang hangat dibicarakan di berita-berita.
- Tambahan dari saya :
- Keperluan. Apakah tulisan ini memang diperlukan oleh pembaca blog saya.
- Sasaran pembaca. Siapakah pembacanya : umum, dewasa, anak-anak, kaum ibu, orang tua, pelajar.
Dari hal-hal yang saya sampaikan diatas, semoga membantu para pembaca blog saya.
Selamat menulis ........
You can get now get this app : Galaxy Apps
ReplyDelete